Siapapun yang pernah mengalami putus cinta, pasti
merasakan sakit hati. Meskipun perasaan sakit ini merupakan
penggambaran perasaan, sebenarnya hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah
karena terkait dengan kondisi otak.
Hal ini diungkapkan dalam buku "New Science of Adult Attachment and How It Can Help You Find — and Keep — Love" yang ditulis oleh Amir Levine seorang psikiater dan Rachel Heller seorang psikolog sosial.
Seperti dilansir dari Marieclaire.com, dalam buku tersebut dijelaskan kalau ikatan dalam otak tidak mengerti hal yang bersifat jangka pendek. Ikatan adalah kekuatan yang sangat kuat, bukan hanya mental dan emosional tetapi juga secara fisik.
Saat terikat dengan seseorang, Anda sebenarnya tidak terkontrol dan tidak menyadarinya. Oleh karena itu, tidak mudah memutuskan ikatan hubungan ketika pasangan tidak bisa memenuhi kebutuhan Anda.
Otak memiliki semacam kabel yang menghubungkan kita dengan pasangan. Fungsinya seperti semacam sirkuit berlapis yang terlibat dalam proses ikatan emosi.
"Ketika kita secara fisik dekat dengan pasangan, sistem penghargaan di otak akan menjadi aktif. Beberapa bagian diantaranya akan mengeluarkan neurotransmitter yang membuat Anda semakin merasa dekat dengan orang yang dicintai lalu menciptakan pengalaman yang sangat berharga," tulis Levine dan Heller
Ketika hubungan putus, ikatan di otak ini pun mengalami masalah. Pengalaman yang memuaskan hilang dan digantikan oleh rasa kehilangan yang sangat menyakitkan.
Inilah sebabnya mengapa banyak pasangan mengalami putus sambung. Kemungkinan mereka merasa kecanduan pada seseorang yang sebenarnya tidak cukup baik untuk dirinya.
Faktanya, hal inilah yang membuat seseorang kembali pada mantan kekasih hanya untuk mengurangi kecemasan dan ketidaknyamanan sesaat. Sayangnya, bagian otak ini tidak begitu baik dalam membuat keputusan yang rasional dan menilai konsekuensi jangka panjang.
No comments:
Post a Comment